Senin, 21 Mei 2012

Ancaman Asing Bukan Investasi


BANDUNG, (PRLM).- Sektor produksi pangan Jawa Barat masih belum banyak dikuasai asing, melalui investasi atau penanaman modal. Paling tidak, porsi pengusaha lokal masih cenderung lebih banyak.

Hanya saja, kondisi ini tidak menjadi jaminan kesejahteraan pelaku produksi pangan lokal. Nyatanya, persaingan produk lokal dan impor justru terjadi di pasar, bukan di level produksi.


Ketua Harian DPD Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat, Entang Sastraatmadja mengatakan, salah satu contoh termudah serbuan produk asing adalah produk hortikultura seperti buah-buahan. Beberapa tahun silam, buah impor barangkali hanya membidik pasar kalangan tertentu, dengan dijual di gerai tertentu pula. Namun saat ini, bukan hal yang sulit menemukan buah-buahan impor di lapak kaki lima pinggir jalan.

Sebut saja jeruk produksi Cina, yang saat ini sudah demikian akrab di pasar tingkat eceran. Harganya yang cenderung lebih murah membuat jeruk produksi lokal kerap terpinggirkan. Padahal beberapa tahun lalu, produk impor tersebut bukan menjadi ancaman. Pembedanya adalah percepatan kemampuan dalam produksi hortikultura.

"Di beberapa negara, revolusi hortikultura dilakukan dengan sangat cepat. Di kita, maju tidak mundur tidak, dibuat sekadarnya, sehingga dalam pasar bebas, otomatis kita akan tersingkir," kata Entang, Sabtu (19/5).

Selain Cina, negara lain yang terbilang pesat dalam pengambangan hortikultura adalah Thailand. Entang mencontohkan, dengan fokus pada komoditas tertentu yang dinilai potensial, percepatan akan lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan menggarap semua komoditas sekaligus.

Durian dari Thailand misalnya, saat ini telah masuk ke pasar asing dan menjadi unggulan di beberapa negara lain.

Khusus untuk produk hortikultura, persoalan lain yang masih harus dihadapi adalah pola pikir. Dalam beberapa kebijakan yang diambil pemerintah, hortikultura kalah porsi dibandingkan produk lain yang lebih strategis seperti padi. Meski penentuan prioritas diperlukan, tidak berarti sektor lain harus diabaikan. "Selama ini hortikultura masih dilihat sebagai komoditas sekunder," kata Entang.

Dengan demikian, dia menilai, kecilnya penanaman modal asing dalam sektor pertanian tidak lantas menjadi jaminan kesejahteraan petani lokal. Lalai dalam mengimbangi percepatan negara lain juga bisa memperburuk kondisi pertanian Jawa Barat. (A-179/A-26).***





sumber: Harian Pikiran Rakyat, Minggu, 20/05/2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...