Selasa, 22 Mei 2012

Dulu Karyawan, Sekarang Juragan


KEHIDUPAN di dunia bagaikan roda berputar. Adakalanya berada di bawah dengan berbagai kesulitan dan halangan yang dihadapi. Terkadang di atas atau dipuncak kesuksesan dengan berbagai kemudahan. Hal terpenting terus berusaha sebagai makhluk tuhan.

Hal ini yang menjadi prinsip A Pancama Limpad (36) atau akrab disapa Panca saat merintis
usaha kerajinan dari kayu. Warga Dusun Kertopaten, Desa Wirokerten, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul ini sudah puluhan tahun bekerja sebagai karyawan di berbagai perusahaan art design. Hingga akhirnya pada tahun 2006 memutuskan untuk mandiri dan berusaha menghasilkan kerayinan berbahan dasar kayu mahoni.

Darah seni yang mengalir menjadi kelebihan sendiri untuk menghasilkan salib untuk ibadah umat kristiani, kotak tisu, kotak perhiasan, wadah kartu nama, tempat alat tulis, kap lampu hingga peralatan mandi >bathroom set hotel atau rumah bernilai ekonomis. Bahkan, produknya itu sudah menembus ekspor meski hanya dari beberapa tangan.

"Saya sempat bekerja sebagai karyawan di perusahaan arsitektur, kerajinan tangan (handycraft) hingga kerajinan berbahan baku ini. Saya akhirnya memutuskan untuk keluar dan menghasilkan produk sendiri setelah memiliki pengetahuan untuk membuatnya," kata Panca kepada KR Newsroom baru-baru ini.

Akhirnya, Panca mulai mendesain, merakit, menghaluskan sampai menghasilkan produk dengan bantuan beberapa karyawan. Dia mengajak warga sekitar untuk bekerja dengan gaji mingguan. Awalnya, terjun langsung mengajari cara mendesain, merakit atau mengoperasikan mesin. Sampai akhirnya para karyawan bisa melakukannya dan terlibat dalam proses produksi sehingga mampu menghasilkan produk yang tidak kalah perusahaannya dulu dan bermodal besar. Bahkan, sempat terlibat dalam proyek penyediaan interior hotel dan perumahan di kota pendidikan ini.

Namun, dengan pengetahuan pasar yang minim, produknya hanya dititipkan ke perusahaan atau pedagang lain di sekitar Yogyakarta. Selain itu, mesin yang dimiliki masih kurang sehingga kapasitas produksinya terbatas dengan harga jual Rp 15 - 250 ribu. Dia juga terbentur modal untuk mengembangkan usaha. Tanpa mengenal lelah selama empat tahun Panca bersama isteri tercinta terus menghasilkan karya terbaik dan berinovasi. Hingga akhirnya pada tahun 2010 mendapat pinjaman dana dari bank plat merah terkemuka melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sebesar Rp 20 juta.

"Dana pinjaman digunakan untuk membeli mesin pemotong dan penghalus. Selain itu stok kayu mahoni dan modal kerja lainnya. Saya mendapat kesempatan ikut pameran di Yogya dan Jakarta. Saat ini pesanan mulai banyak mulai dari DIY, Jakarta hingga kota besar lain. Bahkan ada rekanan yang memesan dan memasarkan produk ke Amerika Serikat," ujarnya bangga.

Kini Panca memiliki 12 karyawan dengan kapasitas produksi mencapai 1500 kubik per bulan. Produknya semakin beragam dan bila awalnya mengirim barang sebulan sekali, kini bisa dua pekan sekali. Sedangkan komposisi pasarnya sebagian besar adalah pembeli (80 persen) dan sisanya (20 persen) pedagang. Tidak mengherankan jika pendapatan satu bulan mencapai Rp 25-30 juta. Namun, bapak satu anak ini berharap bisa menjadi eksportir dan memperluas pasarnya di luar negeri.

"Saya ingin sekali melakukan ekspor dan bisa memenuhi semua pesanan. Saat ini pesanan dari luar (negeri) selalu ditolak karena belum memiliki pengetahuan cukup dan terbatasnya karyawan. Sedangkan bahan baku berlimpah dan bisa dipenuhi dari Yogyakarta," harapnya.

Kendati demikian, Panca mengaku mengalami hambatan dalam proses produksi akibat suhu dan cuaca ekstrem akhir-akhir ini. Menurutnya kayu mahoni sebagai bahan baku utamanya terkadang melengkung sehingga tidak bagus saat diproses. Selain itu, hujan yang turun akhir-akhir ini menghambat pengeringan cat. Namun, dengan pengalaman selama ini, bisa mengatasinya dan terus menghasilkan produk terbaik. Dan, saat ini menjadi pemimpin usaha sekaligus penyedia produk kerajinan kayu (wooden craft) berkualitas. (KR Newsroom/Tom)






sumber: KRJogja.com, Tomi Sujatmiko | Selasa, 22 Mei 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...