Kamis, 10 Mei 2012

Petani Menahan Gabah, Khawatir tak Mampu Beli Beras

BANJAR, (PRLM).- Petani menahan gabah pada saat memasuki berakhirnya masa panen, mengakibatkan penggilingan padi di Kota Banjar mengalami kekurangan bahan baku. Kesulitan tersebut terutama untuk penggilingan yang sekaligus juga bertindak sebagai pembeli beras.
"Sejak beberapa minggu ini kami mengalami kesulitan mendapatkan gabah dari petani. Berbeda sangat berbeda dengan keadaan awal panen lalu, sekarang petani lebih banyak yang
menahan gabah untuk persediaan konsumsi sendiri," tutur pemilik penggilingan padi di Kelurahan Bojongkantong, Kecamatan Langensari, Kota Banjar, Masngudin (40), Selasa (8/5/12).
Dia mengungkapkan minimnya pasokan gabah petani menyebabkan penggilingan padi yang sekaligus juga sebagai pembeli gabah, tidak mampu memenuhi permintaan dari rekanan Bulog. Keadaan tersebut berbeda dengan pada saat awal musim panen, penggilingan padi mendapatkan banyak gabah.
"Awal panen rata-rata per hari saya mampu mengirim satu sampai dua ton beras. Sekarang untuk mendapat satu ton bisa empat hari bisa terpenuhi. Namun, seberapa pun banyaknya beras yang tersedia, langsung diangkut oleh rekanan Bulog. Kami juga tidak mungkin minta petani segera menjual gabah, karena mereka tentunya juga memiliki pertimbangan sendiri," tambahnya.
Di tingkat penggilingan padi, harga gabah kering giling (GKG) saat ini sudah mencapai Rp 4.150 - Rp 4.200. Harga tersebut naik dibandingkan seminggu yang lalu, Rp 4.100 per kilogram. "Kecenderungannya bakal kembali naik," tuturnya.
Hal serupa juga dikemukakan pengusaha penggilingan padi di Desa Raharja, Kecamatan Purwaharja, Mardamun Marda (41). Dia menambahkan penggilingan padi masih berharap petani kembali menjual gabahnya pada saat menjelang panen musim tanam berikutnya.
"Sekarang petani masih menahan gabah, nanti beberapa saat menjelang panen mereka baru kembali menjual simpanannya. Di lapangan gabah berkurang, tetapi petani masih banyak menyimpan gabah," katanya.
Berkenaan dengan menahan gabah, dibenarkan petani Kelurahan Bojongkantong, Ny. Siti dan Yatni. Keduanya mengaku hanya menjual gabah seperlunya, sedangkan sebagian besar masih dismpan di rumah untuk mengantisipasi kemungkinan harga beras naik. "Awal panen memang kami jual gabah, tetapi jumlahnya tidak banyak. Kami lebih senang menyimpan gabah, siapa tahu harga beras naik. Jadi buat jaga-jaga saja agar tidak sampai kesulitan ketika harga beras naik," tutur Siti.
Dia mengungkapkan saat ini masih memiliki simpanan gabah sebanyak 15 karung. Barang tersebut sengaja tidak dijual, untuk mengantisipasi kemungkinan harga beras naik. "Selama ini kami lebih banyak mengonsumsi beras hasil panen sendiri. Kalau beli, harganya lebih mahal," kata Siti. (A-101/A-88)***



sumber: Harian Pikiran Rakyat, Rabu, 09/05/2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...