"Selama ini tape ketan produksi perajin tape ketan di Kuningan yang tidak sempat terjual dan basi, dibuang begitu saja. Padahal, kalau diolah tape ketan yang tidak terjual itu masih bisa diolah menjadi beberapa jenis makanan lainnya. Misalnya dibuat brem atau dodol tape," kata Uca di ruang kerjanya, Selasa (8/5/12).
Uca menyebutkan, sejauh ini volume tape ketan produksi perajin tape ketan di
Kab. Kuningan yang tidak terjual, terbilang jarang dan belum sampai dinilai merugikan bagi para perajinnya. Namun, seiring dengan semakin bertambahnya produsen jenis penganan tersebut, pihaknya berharap mereka bisa juga menciptakan produk turunan dari tape ketannya berupa jenis-jenis penganan lain khas Kuningan.
"Untuk sementara ini, beberapa perajin tape ketan di Kuningan sudah ada juga yang sedang menjajagi membuat dodol tape ketan, tetapi sebatas mencoba-coba. Tape ketan untuk dodolnya pun, belum dijadikan bahan baku utama," kata Uca, seraya menambahkan, jumlah perajin tape ketan di Kab. Kuningan saat ini terdata sudah mencapai 37 pelaku usaha tersebar di Kec. Cibeureum, Cigugur, dan Sindangagung.
Selain terhadap perajin tape ketan, penjajagan diversifikasi produk turunan menurut Uca, akhir-akhir ini telah disampaikan dan sudah mulai dijajagi pula oleh sejumlah pelaku usaha lainnya. Seperti di antarnya, pelaku usaha susu sapi perah di Kec. Cigugur, belakangan ini sudah mulai mencoba membuat permen susu.
"Bahan baku permen susunya, yaitu dari susu sapi perahan yang tidak tidak terjual dalam bentuk susu murni," katanya.
Kemudian, ujar Uca menambahkan, belakangan ini para pelaku usaha pengolah ubi jalar di Kuningan, juga tak kalah kreatif. Beberapa pengolah ubi jalar di Kuningan, menurut, Uca sekarang sudah berhasil membuat dan memasarkan berbagai bentuk penganan ringan khas Kuningan berbahan baku ubi jalar. Di antaranya, berupa sistik, brownis kering, dan gemblong ubi jalar. (A-91/A-108)***
sumber: Harian Pikiran Rakyat, Rabu, 09/05/2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar