Senin, 04 Juni 2012

Menteri BUMN: 22 Pabrik Gula Segera Direvitalisasi

SUMBER, (PRLM).- Ditargetkan dalam waktu dua tahun sebanyak 22 Pabrik Gula (PG) milik negara di berbagai daerah yang sudah tua dan kurang efektif akan segera direvitalisasi agar kondisi pergulaan nasional bisa jauh lebih baik.

"Pembaharuan manajamen dan pembaharuan mesin jauh lebih penting, di samping perawatan agar pergulaan nasional lebih baik," kata Menteri BUMN, Dahlan Iskan saat berkunjung ke PG. Sindanglaut, Desa Cipeujeuh Wetan, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Jumat (1/6/12) siang.


Menurut Dahlan, tahun 2011, dari 52 pabrik gula milik BUMN, sebanyak 50 persennya atau sekitar 22 buah di antaranya dalam keadaan jelek atau bermasalah. Oleh karenanya, pada tahun ini sebanyak 12 PG dari 22 pabrik gula yang jelek tersebut harus lebih baik, termasuk PG Sindanglaut.

Pada kesempatan itu, Menteri BUMN meninjau mesin pabrik yang tengah memulai giling tebu perdana.

Setelah melakukan peninjauan PG, bos Grup Jawa Pos tersebut melakukan dialog dengn para petani tebu yang dipandu Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jawa Barat, H. Anwar Asmali. Dalam kesempatan itu, Dahlan menyatakan, revitalisasi itu harus dilakukan, baik diminta ataupun tidak diminta. Hal utama yang harus direvitalisasi terlebih dahulu adalah manajemen pabrik.

"Manajemen pabrik selama ini masih dijalankan kurang baik dan tidak disiplin," katanya.

Diakuinya, selama kondisi itu tidak diperbaiki, maka revitalisasi pabrik gula tidak akan membawa perbaikan. Apabila pabrik baru dikabulkan tetapi manajemennya buruk tentu tetap akan hancur. Dijelaskan, sebenarnya, meskipun pabrik lama namun, dijalankan dengan manajemen yang baik, maka hasilnya akan bagus. Oleh karenanya, program utama yaitu perbaikan manajemen untuk meningkatkan kepercayaan petani terhadap pabrik gula.

"Dengan kepercayaan tersebut, maka petani akan terdorong untuk melakukan penanaman yang baik dan menentukan masa tebang secara matang," ungkap Dahlan.

Di samping itu, petani akan mengirimkan tebu yang bersih dan segar ke pabrik gula. Sebaliknya, pabrik gula juga harus terbuka ke petani tentang rendemen. Karena itu, Dahlan meminta, penghitungan rendemen tidak dilakukan secara keseluruhan dari semua tebu yang disetorkan petani. Namun, rendemen tersebut harus dihitung per truk ataupun per lori. Dengan demikian, petani yang menjalankan sistem tanam dengan baik bisa memperoleh hasil yang lebih banyak.

Dahlan optimistis akan mampu meningkatkan produksi gula. Dengan demikian, Indonesia bisa memenuhi kebutuhan gula dalam negeri dan terbebas dari impor gula.

Sementara itu, Anwar Asmali berharap komitmen Menteri BUMN selaras dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Artinya, ada jaminan bahwa pabrik gula berfungsi secara baik sehingga tebu milik petani yang digiling dapat menghasilkan.

Anwar mengakui selama ini petani tebu dihadapkan kepada masalah rendemen yang turun. Berbeda dengan pabrik gula yang ada di Lampung rendemennya tinggi karena pabrik gulanya baru. Solusinya perlu dibangun pabrik gula baru di pabrik gula lama. "Saya setuju sekali manajemennya dibenahi terlebih dahulu," ungkap Anwar. (A-146/A-108).***




Ulasan Membuka Akun AGEA






sumber: Harian Pikiran Rakyat, Jumat, 01/06/2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...