Rabu, 16 Mei 2012

Industri Kerajinan Kota Tasikmalaya Belum Optimal

TASIKMALAYA, (PRLM).- Potensi industri kerajinan Kota Tasikmalaya belum tergali dengan maksimal. Hal itu terlihat dengan perkembangan kerajinan Kota Tasikmalaya yang terbawa dengan produk massal dengan meninggalkan produk eksklusif. Selain itu, lemahnya pemasaran yang dilakukan oleh pelaku usaha Kota Tasikmalaya.

Demikian diungkapkan Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Jawa Barat Bidang Data dan Indormasi, Januar P Ruswita dalam pertemuan Kadin Jabar dengan Kadin se-Priangan Timur di Graha Kadin Kota Tasikmalaya, Senin (14/5/12).


Menurut dia, dari segi produk eksklusif, pelaku bordir misalnya telah meninggalkan bordir manual. Mereka beralih pada bordir dengan sistem komputerisasi yang notabene kalah dengan bordir komputer dari wilayah lain.

Faktor kedua, kata Januar, yaitu pada segi pemasaran. Banyak pelaku usaha yang tidak memanfaatkan pameran-pameran yang diselenggarakan di tingkat nasional. Kebanyakan mereka menunggu fasilitas pemerintah. Bahkan terkadang meski sudah dibiayai oleh pemerintah, mereka tidak mau mengisinya karena enggan mengeluarkan biaya operasional.

"Padahal, output-nya berpotensi besar dalam pameran. Pengunjung banyak, otomatis transaksi banyak. Tapi, jangan mikir pas pameran, bisa balik modal pas hari itu juga," katanya.

Menurut dia, pelaku usaha masih beranggapan pameran sebagai pengeluaran bukan sebuah investasi. Dan ia yakin, pelaku industri di Kota Tasikmalaya mampu untuk mengikuti pameran-pameran kerajinan. Kalau pun tidak mampu sepenuhnya, mereka bisa berbagi dengan pengusaha lainnya.

"Misalnya satu both di inacraft harga standnya Rp 14 juta. Bagi dua bisa rereongan," ujarnya.

Terkait dengan keterbatasan pelaku usaha dalam pemasaran tersebut, Januar menganggap perlu sebuah wadah atau lembaga untuk memfasilitasi pemasaran produk asal Kota Tasikmalaya. Lembaga tersebut bisa memanfaatkan peran Kadin atau memasukan dalam program pemerintah.

Sementara itu, Ketua Kadin Kota Tasikmalaya Wahyu Tri Rahmat mengakui, produk Kota Tasikmalaya sulit bersaing karena terkendala masalah kualitas dan harga. Dengan demikian harus segera dibenahi.

"Takutnya brand Kota Tasikmalaya sebagai kota kerajinan bisa tergusur. Lihat saja bordir manual kita kalah sama Padang, bordir mesin juga kalah sama China, batik kalah brand, disain kelom kalah sama Yogya, kerajinan mendong terkendala bahan baku, dan payung geulis minim kaderidasi," ujarnya. (A-183/A-88)***



sumber: Harian Pikiran Rakyat, Selasa, 15/05/2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...